Sabtu, 28 November 2020

Kecewa Kepada Tuhan dan Memutuskan Melacur



Resensi Buku
Judul : Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur
Penulis : Muhidin M. Dahlan
Penerbit :Scripta Manent
Kota Terbit :Yogyakarta
Tahun Terbit :2003 (Cetakan 16, Maret 2016)
Tebal Buku : 269 halaman




Edan!!,

    Satu kata yang dalam batin saya secara spontan mencuat saat setelah menyelesaikan buku ini. sungguh hati dan pikiran saya dibuat berkecamuk saat membaca dan menuntaskan buku ini. Buku ini saya tuntaskan rentang waktu setengah hari (buku pertama yang saya selesaikan tidak lebih dari sehari). Terkadang saya hanya mentok menyelesaikan buku yang saya baca 2 hari. Namun, sepertinya buku ini sangat eman untuk saya lewatkan dihari besok, untuk itu saya harus selesaikan hari ini juga. 

    Saya tidak ingin memeberikan rentetan cerita banyak dari buku ini. Namun, hanya secuil saja gambaran besar sinopsis dari buku ini yang dapat saya bagikan, agar tidak terlalu spoiler. 

    Buku ini menceritakan seroang perempuan, bernama Nidah Kirani. Yang pada awalnya adalah seorang muslimah alias Ukhti yang sangat berambisi dengan ajaran Agama Islam. Ambisius dalam berkeislamannya ini nantinya akan mengantarkannya kepada keputusannya untuk masuk organisasi yang bercita-cita ingin menegakkan daulah Islamiyah di Indonesia. Namun, lambat laun keputusannya tesebut malah menjadikannya kecewa. Rasa kecewa itu diikuti pula dengan semakin menurunnya iman bagi Nidah Kirani. Hal tesebut yang menjadikannya berada dititik dimana dia beralih mengutuk tuhan atas apa yang sebelumnya terjadi. Hingga akhirnya dia memutuskan menjadi pelacur . 

    Saya dibuat benar benar terpana, bingung, resah dan pusing secara bersamaan. Terpana oleh cerita-cerita yang sangat diluar batas pandangan saya. Bingung dengan apa saya harus memahami paragraf demi paragraf dari buku ini, karena bagi pembaca pemula seperti saya lumayan susah untuk memahaminya (banyak diksi yang diluar pengetahuan saya), butuh beberapa kali saya membaca ulang kembali paragraf demi paragraf untuk sekadar tau jalan ceritanya, belum sampai memahami makna apa yang ada dalam ceritanya. 

    Resah pula dengan beberapa perspektif yang diceritakan oleh Nadiah Kirani tokoh utama dari buku tersebut, iman saya serasa diterpa ombak, dibenturkan karang, hanyut, lalu terhempas angin laut dan berakhir kembali ke tempian pantai. 
    
    Pusing atas gejolak iman dari timbulnya rasa resah tersebut, batin dan pikir saya seperti sedang beradu pendapat, “benar juga ya? Masak iya sih? Ah jangan dulu mengamini! Eh, tapi ada benarnya juga ding, ah sebentar, kamu perlu pandangan lain, jangan tergesa, ah ini Cuma buku, tidak ini tidak sekadar buku, ini memang hidup”. Begitulah berkecamuknya pikiran dan batin saya, sampai membuat saya sedikit pusing. Namun, dalam buku ini tidak condong pada kata-kata yang frontal mengarah ke seksualitas , hanya judulnya saja yang "sedikit" kontroversional. 

    Sungguh, buku ini benar-benar membuka pandangan saya hal baru, hal yang benar-benar belum saya jamah sama sekali, menanyakan eksistensi dari hidup, tentang kebebasan, takdir, kehendak tuhan, tentang feminisme, kemunafikan piramida sosial, dan banyak lagi. 

    Jika saya terkesan meromantisasi buku ini, menurut saya ini adalah hal wajar bagi saya. Maklum saya pembaca pemula, tidak terlampau jauh literasi saya mencapai topik topik dalam bahasan yang serupa. Ya jadi tidak ada masalah yang berarti bagi saya untuk meromantisasi sebuah buku. 
    
    Jika anda tertarik pada buku ini, maka saya pribadi memberikan rekomendasi kepada anda untuk membaca buku ini. namun, dengan catatan anda bukan seorang pembaca yang baperan. hehe pissss :D

sumber gambar :tomihernawan.tumblr.com

Resensi buku lain dapat dibaca di laman "Gedebook"

Share:

0 komentar:

Posting Komentar