Pagi H+1 setelah tahun baru, di Pasuruan kali ini terasa sendu. Udara nggak sepanas biasanya. maklum, subuh tadi, gerimis turun pelan-pelan, semilir angin pun ikut menemani. Suasana begini memang cocok menikmati seduhan kopi pahit sembari melanjutkan buku yang sudah hampir 3 bulan ndak tamat-tamat. Tapi, niat baca itu seketika buyar gara-gara peristiwa kecil yang saya saksikan langsung dari depan kamar kos.
Anak Bapak kos, sebut saja namanya Simbul, yang harusnya sudah siap upacara bendera di Sekolahnya, tiba-tiba muncul di depan rumah tepat jam 06.57 pagi. Wajahnya kusut kanebo, langkahnya gontai, kayak abis ketahuan nyontek di kelas. Saya cuma bisa bengong sambil menerka-nerka, “Ini bocah kenapa lagi?” Belum sempat saya tebak, Simbul sudah bikin aksi teatrikal. Dengan penuh emosi, dia melempar topi merah putihnya ke depan pintu. Topi itu tergeletak begitu saja, dramatis.
Saya, yang lagi nyeruput kopi, langsung tersedak. Ini Kamis, Saudara-Saudara! Kamis, bukan Senin! Saya sampai meringis, nahan tawa mencoba tidak kelihatan terlalu bahagia di atas penderitaan orang lain.
Jadi begini, orang tua dan juga Simbul ternyata lupa kalau hari ini bukan Senin, alias bukan jadwal upacara bendera. Dengan penuh semangat 45, dia pakai full dress code seragam lengkap plus topi merah putih, hanya untuk menyadari bahwa semua itu sia-sia karena… ya, ini Kamis. Bukan Senin yang penuh penghormatan.
Setelah mengeluarkan teriakan dramatis tadi, Simbul nggak berhenti sampai di situ. Dalam waktu singkat, dia melempar tasnya ke lantai, lalu mulai membuka kancing seragam dan celananya di depan rumah. Entah sadar atau nggak, saya dapat tontonan dan hiburan gratis pagi itu. Tapi Simbul nggak peduli. Selain karena sudah malu berat dari sekolah, dia juga harus buru-buru balik ke sekolah sebelum terlambat.
Tanpa aba-aba lagi, ayahnya langsung menyeret dia masuk ke dalam rumah. Entah apa yang terjadi selanjutnya, tapi saya yakin ada perdebatan antara rasa malu dan kebutuhan untuk tetap sekolah.
Pagi ini, saya menyadari sesuatu: hidup memang penuh drama yang tidak terduga. Kadang, hidup memang sesimpel salah hari. Hal-hal kayak gini bikin kita sadar, tahun baru nggak harus diisi resolusi muluk-muluk. Cukup pastikan kalendermu nggak salah baca saja.
0 komentar:
Posting Komentar